Setan Banteng karya Seno Gumira Ajidarma

Setelah beberapa kali mengulas mengenai karya puisi oleh beberapa penyair, kali ini kita kembali untuk mengulas mengenai suatu lingkup yang sama namun degan objek yang berbeda. Objek yang akan dibahas yakni cerita pendek karya Seno Gumira Ajidarma yang berjudul ‘Setan Banteng’. Jika membaca dari judulnya sekilas saja mungkin beberapa pembaca dapat mengartikan bahwa isi cerita pendek yang disajikan Seno Gumira Ajidarma mungkin mengenai suatu hal tentang kemarahan atau dapat juga diartikan mengenai keserakahan suatu pihak baik orang maupun kelompok. Seno Gumira Ajidarma merupakan penulis dari beberapa cerita pendek yang ternama. Beberapa karyanya yakni Atas Nama Malam, Wisanggeni-Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola Tak Berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja. Selain karya-karya tersebut terdapat salah satu karya yang menarik yakni cerita pendek berjudul ‘Setan Banteng’. Cerita pendek tersebut saya katakan karya yang menarik yakni karena salah satunya bahwa di dalam cerita tersebut terdapat unsur mistis yang diungkapkan oleh Seno Gumira sehingga menambah kesan dari cerita pendek itu sendiri.

Cerita pendek ‘Setan Banteng’ tersebut menceritakan bahwa adanya sekelompok anak kecil yang memainkan permainan tidak semestinya dilakukan oleh anak SD. Permainan tersebut yakni mirip dengan permainan untuk memanggil roh atau hal-hal gaib yang bertujuan agar hal gaib tersebut menunjukkan eksistensinya di dunia nyata. Permainan ini berawal ketika salah seorang nak SD menerima tawaran untuk berani ‘menyerahkan’ dirinya sebagai seorang yang dirasuki roh tersebut. Salah satu anak lain menggambar kepala banteng di tanah dengan menggunakan potongan ranting dan hal tersebut dilanjutkan mengikuti proses pemanggilan oleh anak yang menyanggupi tantangan tersebut. Anak tersebut pun maju dengan menatap mata banteng yang telah digambar oleh kawannya, setelah menatap mata banteng jari-jarinya membentuk teropong dan diarahkan ke dapan matanya sendiri. Sekitar enam detik berdiam diri kemudian anak tersebut akhirnya benar-benar dirasuki oleh setan banteng. Matanya memerah dengan posisi badan bungkuk dan salah satu kakinya menyepak ke belakang. Mengetahui bahwa temannya tersebut sudah dirasuki setan banteng, semua anak yang ada di sana berlari menghindari banteng yang marah tersebut. 

Permainan tersebut tidak membuat anak-anak di sekitar takut dan hal tersebut membuat mereka berlarian dan tertawa. Barangkali memang permainan tersebut dirasa hanya bohongan belaka sehingga tidak ada yang khawatir pada keadaan anak yang dirasuki roh tersebut. Roh banteng yang marah tersebut masuk ke tubuh anak yang bertubuh besar tersebut dan menyelesaikan tugasnya. Ya, menyeruduk ialah tugas yang dilakukan setan banteng tersebut. Itulah yang diinginkan anak-anak tersebut yakni mereka ingin melihat eksistensi bahwa memang ada setan banteng yang dapat merasuki tubuh manusia. Aksi anak yang dirasuki setan banteng tersebut diketahui oleh salah satu guru setempat dan beliau mengetahui bahwa permainan yang dilakukan anak-anak tersebut tidak baik sehingga ia memukul punggung anak yang kerasukan tersebut. Setelah itu benar saja anak tersebut langsung terlepas dari setan banteng yang merasukinya dan anak tersebut tidak mengetahui apa yang terjadi dengannya. 

Dari cerita pendek tersebut dapat diartikan secara meluas. Mungkin beberapa orang menganggap bahwa hal tersebut merujuk pada suatu organisasi dengan maskot ‘banteng’ yang mana seperti kita ketahui bahwa setiap organisasi pastilah menuai kontroversi atas segala kebijakan yang diambil oleh pimpinannya dan hal itu sah-sah saja dinilai oleh masyarakat namun pada esai ini saya menilai pada hal lain yakni lebih menilai pada unsur mistis. Seno Gumira Ajidarma telah melakukan petualangan sejak ia lulus SMP dan hal tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa ketika perjalanannya tersebut ia banyak menemukan ilmu-ilmu baik ilmiah maupun non ilmiah berupa hal mistis yang terdapat dari beberapa budaya di Indonesia. Berdasarkan pengalaman tersebut ia menuangkan dalam cerita pendek berjudul ‘Setan Banteng’ tersebut. Dalam cerita pendek tersebut dapat ditarik makna bahwa tidak seharusnya kita dengan leluasa bermain-main dengan hal gaib yakni permainan pemanggilan roh atau hal gaib. 

Selain itu dibutuhkan arahan lebih khusus pada perkenalan anak-anak dengan berbagai permainan yang tumbuh di daerah mereka sendiri. Hal tersebut seharusnya dilakukan karena dapat dikhawatirkan jika melakukan permainan pemanggilan hal gaib tersebut akan berdampak pada anak itu sendiri. Terlepas dari makna-makna dari cerita pendek itu sendiri, Seno Gumira Ajidarma membuat cerita pendek yang baik dengan penggunaan kata yang ringan sehingga hal ini bukan menjadi karya yang estetik saja melainkan sebagai perwakilan dari cerita yang disimpan oleh penulis dan barangkali pembaca memiliki bentuk pengalaman yang sama dengan cerita yang disampaikan oleh Seno Gumira Ajidarma dalam balutan cerita pendek yang baik.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sulastri dan Empat Lelaki

Menyelami Sisi Lain dari Puisi 'Dursasana Peliharaan Istana' karya M.Shoim Anwar

Tahi Lalat Mengundang Tanya