Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2021

Sajak Palsu karya Agus R. Sarjono

 Setelah sebelumnya kita telah menikmati salah dua dari puisi karya Widji Thukul, kini kita beralih untuk menikmati puisi karya Agus R.Sarjono yang berjudul Sajak Palsu. Sajak palsu ditulis dengan bentuk yang berbeda dari puisi karya penyair lain. Puisi Sajak Palsu ditulis seperti narasi cerita, hal ini merupakan sebagai bentuk baru dari suatu puisi. Jika sebelumnya kita telah akrab dengan penulisan puisi yang berbentuk terpisah-pisah berdasarkan penyusunan bait, maka penulisan puisi Sajak Palsu oleh Agus R.Sarjono ini berbeda. Berdasarkan judul yang digunakan penyair untuk mewakili isi puisi tersebut dapat dipahami bahwa penyair ingin menyampaikan suatu cerita mengenai apa-apa yang dirasa palsu. Cerita yang disusun menjadi satu kesatuan puisi memiliki makna tersendiri. Puisi tersebut menggambarkan pengamatan yang dilakukan oleh penyair dan ia menemukan banyak kepalsuan dalam negara ini. Dari puisi Sajak Palsu dapat dipahami bahwa awal dari segala kepalsuan yang tercipta dari negara in

Peringatan dari Sang Penyair Cadel Widji Thukul

Sebagian besar penyair memiliki cerita sendiri dari setiap karya yang diciptakan namun juga terkadang beberapa karya sastra hanya mengedepankan bagian sisi estetik dari setiap ciptaan sebagian karya sastranya. Jika kita mencari beberapa puisi populer yang diciptakan oleh Widji Thukul dapat kita maknai bahwa dalam penulisan beberapa puisinya ia lebih berfokus untuk menyuarakan pergerakan protes pada suatu kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh suatu pihak tertentu pada masa itu.  Selain dikenal sebagai sastrawan,Widji Thukul juga aktif sebagai aktivis. Ia seringkali menjadi pemimpin aksi demo dari berbagai pergerakan kelompok yang menyuarakan aspirasinya. Hal tersebut yang menyebabkan Thukul dicari oleh berbagai pihak aparat pada masa itu. Selama menjadi aktivis tersebut Widji Thukul tetap senantiasa menulis karya puisinya yang lain. Adapun beberapa karya puisi yang ia ciptakan merupakan sebagai bentuk protes lain dari kegiatan demo yang ia lakukan. Selama pergerakannya menjadi aktivi

Idul Fitri karya Sutardji Calzoum Bachri

 Pada akhir minggu bulan ini kaum muslim merayakan hari kemenangan yakni memasuki bulan suci ramadan. Setelah melewati berbagai sunnah pada bulan ramadan. Puasa dilakukan selama satu bulan penuh untuk menuju pada hari kemenangan. Hal ini sesuai dengan puisi yang akan kita ulas memiliki kesamaan tema pada bulan Ramadan saat ini. Puisi oleh Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul ‘Idul Fitri’ sudah jelas tergambarkan bahwa di dalam puisi tersebut menggambarkan mengenai bulan suci ramadan yang dilaksanakan oleh seluruh kaum mulim. Berdasarkan keseluruhan kata demi kata yang disusun penyair dalam puisi tersebut dapat dipahami bahwa penyair menggambarkan keinginan seseorang untuk kembali pada jalan lurus yakni jalan menuju ridho Allah. Setiap ciptaanNya pasti tidak luput dari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan baik disengaja maupun tidak disengaja sehingga pada bulan suci Ramadan biasanya dimanfaatkan umat muslim untuk saling introspeksi diri dan menurunkan ego masing-masing untuk salin

Tumpukan Bayang-Bayang yang Terdapat dalam Tiga Puisi Karya Mashuri

Tumpukan Bayang-Bayang yang Terdapat dalam Tiga Puisi Karya Mashuri Puisi 1 Hantu Kolam : plung! di gigir kolam serupa serdadu lari dari perang tampangku membayang rumpang mataku berenang bersama ikan-ikan, jidatku terperangkap koral di dasar yang separuh hitam dan gelap tak ada kecipak yang bangkitkan getar dada, menapak jejak luka yang sama di medan lama segalangnya dingin, serupa musim yang dicerai matahari aku terkubur sendiri di bawah timbunan rembulan segalanya tertemali sunyi mungkin… “plung!” aku pernah mendengar suara itu tapi terlalu purba untuk dikenang sebagai batu yang jatuh kerna kini kolam tak beriak aku hanya melihat wajah sendiri, berserak Banyuwangi, 2012-12-03 Puisi 2 Hantu Musim aku hanya musim yang dikirim rebah hutan kenangan – memungut berbuah, dedaunan, juga unggas – yang pernah mampir di pinggir semi semarakkan jamuan, yang kelak kita sebut pertemuan awal, meski kita tahu, tetap mata itu tak lebih hanya mengenal kembali peta lama, yang pernah tergurat berjuta