Peringatan dari Sang Penyair Cadel Widji Thukul

Sebagian besar penyair memiliki cerita sendiri dari setiap karya yang diciptakan namun juga terkadang beberapa karya sastra hanya mengedepankan bagian sisi estetik dari setiap ciptaan sebagian karya sastranya. Jika kita mencari beberapa puisi populer yang diciptakan oleh Widji Thukul dapat kita maknai bahwa dalam penulisan beberapa puisinya ia lebih berfokus untuk menyuarakan pergerakan protes pada suatu kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh suatu pihak tertentu pada masa itu. 

Selain dikenal sebagai sastrawan,Widji Thukul juga aktif sebagai aktivis. Ia seringkali menjadi pemimpin aksi demo dari berbagai pergerakan kelompok yang menyuarakan aspirasinya. Hal tersebut yang menyebabkan Thukul dicari oleh berbagai pihak aparat pada masa itu. Selama menjadi aktivis tersebut Widji Thukul tetap senantiasa menulis karya puisinya yang lain. Adapun beberapa karya puisi yang ia ciptakan merupakan sebagai bentuk protes lain dari kegiatan demo yang ia lakukan. Selama pergerakannya menjadi aktivis Thukul selalu menulis puisi-puisi yang bertentangan dengan kebijakan pihak petinggi yang tidak adil. Kali ini kita akan membahas dua puisi karya Widji Thukul yang berjudul ‘Peringatan’ dan ‘Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu’. 

Puisi pertama yang berjudul ‘Peringatan’ jelas menyiratkan mengenai bentuk protes yang dilayangkan pada suatu sistem ketetapan pada suatu masa yakni orde baru. Pada puisi tersebut dapat dipahami secara menyeluruh yakni bahwa penyair ingin menyampaikan kegelisahan yang dirasakan rakyat sehubungan dengan berbagai kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah sehingga menyebabkan rakyat susah. Sebagai pimpinan negara seharusnya dapat membantu menyejahterakan sedikit banyak kehidupan rakyatnya karena apapun yang kebijakan yang diambil akan berdampak bagi kehidupan rakyatnya sendiri. Hal tersebut berlaku pada dua dampak yakni dampak baik dan tidak baik. Pada puisi yang berjudul ‘Peringatan’ tersebut ditemukan kesamaan situasi yang dirasakan rakyat pada masa itu dan keadaan rakyat saat ini. Jika rakyat sudah bergerak untuk melakukan aksi demo, hal tersebut ditandai bahwa keputusan yang diambil suatu pimpinan meresahkan keadaan rakyat dan dapat berpeluang besar menimbulkan dampak tidak baik.

Suatu bentuk demo masih kita jumpai pada kehidupan saat ini. Pada tahun 2020 kita jumpai beberapa rakyat kita yakni buruh, mahasiswa, dan pekerja lain melangsungkan aksi demo untuk membantah keputusan mengenai RUU Cipta Kerja. Hal tersebut dilakukan karena sebagian kelompok merasa bahwa terdapat keputusan atau kebijakan yang dirasa tidak sesuai untuk diresmikan. Aksi demo memang diperbolehkan untuk dilakukan namun terdapat beberapa pihak petinggi yang menolak aksi demo sehingga hal tersebut seringkali menimbulkan kerusuhan pada aksi tersebut. Aksi menolak demo dilakukan agar keputusan yang diambil tidak dapat diubah sehingga banyak beberapa pihak petinggi yang menolak aksi demo dengan berbagai cara yakni salah satunya tidak menanggapi unjuk rasa dari masyarakat. Jika sudah seperti itu maka tidak ada secercah kesempatan rakyat untuk menyuarakan pendapatnya. Rakyat dipaksa bisu oleh kicauan para penguasa di singgasana. Pikiran seperti itulah kiranya yang dapat mewakili makna puisi ‘Peringatan’ oleh Widji Thukul.

Sejalan dengan rasa dari puisi pertama yang berjudul ‘Peringatan’, puisi kedua juga memiliki rasa yang sama yakni Thukul ingin menyampaikan pada pembaca bahwa rakyat mendapat perilaku yang tidak adil dari orang-orang pintar di ibu kota. Dengan mengandalkan kepintarannya mereka menjadi tamak akan kesejahteraan saudaranya di desa. Rakyat dipaksa menjual tanah mereka dengan harga murah barangkali untuk dijadikan gedung-gedung mewah. Pada puisi tersebut Thukul juga menyampaikan bahwa ilmu yang mereka tuntun tidak berguna jika mereka termakan oleh janji-janji tuan puan petinggi dan berakibat pada kehidupan rakyat yang tidak sejahtera sehingga dapat disimpulkan dari isi dan judul yang berkaitan yakni bahwa puisi kedua yang berjudul ‘Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu’ menggambarkan mengenai pemberian janji manis yang diberikan penguasa pada rakyat yang berakhir tragis.

Berdasarkan ulasan dua puisi karya Widji Thukul tersebut dapat dinikmati secara ringan oleh pembaca sehingga pembaca juga turut merasakan ketidakadilan yang dialami masyarakat pada masa itu. Selain itu pembaca juga dapat dengan mudah memahami isi yang ingin disampaikan penyair melalui dua puisi tersebut. Susunan kata yang ringan hingga membentuk karya yang ciamik membuat Widji Thukul berhasil membius pembaca secara menyeluruh pada setiap karyanya.

PERINGATAN

Karya Wiji Thukul


Jika rakyat pergi


Ketika penguasa pidato


Kita harus hati-hati


Barangkali mereka putus asa


Kalau rakyat bersembunyi


Dan berbisik-bisik


Ketika membicarakan masalahnya sendiri


Penguasa harus waspada dan belajar mendengar


Bila rakyat berani mengeluh


Itu artinya sudah gasat


Dan bila omongan penguasa


Tidak boleh dibantah


Kebenaran pasti terancam


Apabila usul ditolak tanpa ditimbang


Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan


Dituduh subversif dan mengganggu keamanan


Maka hanya ada satu kata: lawan!


Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu

Karya Wiji Thukul


Apa guna punya ilmu


Kalau hanya untuk mengibuli


Apa gunanya banyak baca buku


Kalau mulut kau bungkam melulu


Di mana-mana moncong senjata


Berdiri gagah


Kongkalikong


Dengan kaum cukong


Di desa-desa


Rakyat dipaksa


Menjual tanah


Tapi, tapi, tapi, tapi


Dengan harga murah


Apa guna banyak baca buku


Kalau mulut kau bungkam melulu


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sulastri dan Empat Lelaki

Menyelami Sisi Lain dari Puisi 'Dursasana Peliharaan Istana' karya M.Shoim Anwar

Tahi Lalat Mengundang Tanya