Sisi Lain dari Sisik Naga yang melingkar di Jari Manis Gus Usup

Berbeda dengan pembahasan sebelum-sebelumnya, kali ini saya akan mengulas mengenai bidang yang sama namun tak serupa. Jika sebelumnya saya mengulas beberapa puisi karya M.Shoim Anwar, kali ini saya akan mengulas cerpen dari beliau yang berjudul 'Sisik Naga di Jari Manis Gus Usup'. Nah, ini merupakan kali kedua saya mengulas cerpen dari M.Shoim Anwar. Cerpen pertama yang pernah saya ulas yakni berjudul 'Sepatu Jinjit Ariyanti'. 


Berbeda dengan cerita pendek sebelumnya, cerita pendek yang berjudul 'Sisik Naga di Jari Manis Gus Usup' ini kiranya lebih mengarah pada kepercayaan. Jika membaca secara menyeluruh pada cerita pendek tersebut, maka terdapat hal utama yang diperbincangkan di dalamnya:Batu Akik. Sebelum membahas mengenai Batu Akik, saya uraikan persepsi umum saya secara menyeluruh dari cerita pendek 'Sisik Naga di Jari Manis Gus Usup'. Pada cerita pendek tersebut menggambarkan bahwa seseorang dihargai atau tidak dapat dilihat dari statusnya pada saat itu. Hal ini sejalan dengan narasi yang terdapat dalam cerita pendek tersebut yakni '

Gus Usup bukanlah orang sembarangan. Itulah pandangan kami selama ini. Karenanya kami sebagai orang biasa tidak pernah memperlakukannya secara sembarangan pula.' Dari potongan narasi tersebut dapat disimpulkan bahwa Gus Usup merupakan seseorang yang memiliki status terhormat di wilayahnya sehingga beliau diperlakukan sesuai statusnya. Meskipun disanjung oleh masyarakat sekitar, Gus Usup tetap rendah hati dan masih mau bercengkrama dengan masyarakat sekitar bahkan untuk main kartu pun beliau bersedia.


Biasanya panggilan Gus itu diberikan atau diberlakukan orang Jawa pada lingkup agamis yang lebih kental, dalam lingkup pesantren misalnya. kata 'Gus' sendiri memiliki arti 'Bagus' sehingga kebanyakan orang Jawa memberikan julukan tersebut pada sekelompok orang yang paling banyak memahami tentang agama, khususnya Islam. Selain itu 'Gus' ditujukkan pada seseorang yang berasal dari keturunan kyai. Panggilan 'Gus' tersebut tidak hanya digunakan dalam lingkup pesantren saja sebenarnya. Sebetulnya bisa saja panggilan tersebut juga diberlakukan secara bebas di masyarakat, namun memang ikon dari panggilan 'Gus' tersebut biasanya ditujukan pada seseorang yang berasal dari latar belakang kyai atau dari wilayah pesantren.


Batu Akik dulu sempat ramai digandrungi orang Jawa. Mereka menggunakan Batu Akik dengan kepercayaan masing-masing tentunya. Ada yang bilang bahwa Batu Akik dapat dijadikan sebagai penangkal penyakit, ada juga yang menyebut bahwa jika kita memiliki Batu Akik akan diberikan rezeki yang melimpah, dan ada juga yang hanya 'pingin' punya saja. Bahkan saya pernah membaca di internet bahwa Batu Akik itu diyakini sebagai bagian dari makhluk Allah yang mencerminkan manusia. Batu Akik yang awalnya hanya sebongkah batu kemudian ia dirawat, digosok, atau dikelola dengan zat-zat lain sehingga menjadikannya sebagai batu yang bening nan indah. Hal tersebut disamakan dengan proses tumbuhnya manusia. Jika ingin menjadi manusia yang baik diperlukan proses yang tidak mudah, ibaratnya harus terus digosok dengan istighfar, berdzikir, ataupun melantunkan doa-doa untuk dimunajatkan pada Allah agar dapat sebening Batu Akik, kiranya seperti itu. Barangkali pendapat bahwa Batu Akik dapat menangkal penyakit memang benar adanya. Hal ini dapat dilihat dari isi cerpen 'Sisik Naga di Jari Manis Gus Usup' yang menyatakan bahwa Gus Usup sakit perut setelah ia menanggalkan jaketnya dan ternyata di dalam jaket tersebut terdapat Batu Akik Sisik Naga yang biasanya melingkar di jari manis Gus Usup.


Persepsi-persepsi seperti itu lazim saja terjadi di sekitar kita selama positif bagi diri sendiri dan sekitar. Kiranya eksistensi Batu Akik masih ada sampai sekarang meskipun tidak seramai dulu.

Cerita pendek dari M.Shoim Anwar kali ini dapat membuat saya mengingat kembali apa yang saya lihat di desa saya sendiri bahwa tak sedikit saya menemukan persamaan dengan tokoh Gus Usup dalam cerita pendek tersebut yakni terdapat orang-orang dari background pesantren jika diperhatikan banyak juga yang memakai Batu Akik entah untuk apa. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sulastri dan Empat Lelaki

Menyelami Sisi Lain dari Puisi 'Dursasana Peliharaan Istana' karya M.Shoim Anwar

Tahi Lalat Mengundang Tanya